Boarding School Negeri 17 Makassar untuk Anak Siapa? Diskriminasi di Balik Sekolah Berlabel Plat Merah

Restorasi News| Makassar – Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 17 Makassar tengah menjadi sorotan. Program boarding school atau sekolah berasrama yang diterapkan di sekolah negeri ini justru memunculkan pertanyaan besar: untuk siapa sebenarnya program ini dibuat?

Berdasarkan informasi yang diterima media ini, sistem boarding school di SMAN 17 Makassar lebih banyak diisi oleh siswa dari kalangan tertentu. Mereka berasal dari keluarga pejabat, pengusaha, hingga anggota dewan. Praktisi hukum Hadi Soetrisno SH pun tak tinggal diam.

“Sekolah negeri itu milik semua rakyat, bukan hanya untuk orang-orang berstatus tinggi. Program boarding school yang ada sekarang justru menciptakan diskriminasi di lingkungan sekolah negeri. Anak petani, buruh, dan warga miskin jelas sulit masuk ke jalur boarding,” kata Hadi dengan nada tegas, Kamis (17/7/2025).

Menurut Hadi, pembatasan akses melalui jalur boarding school ini bertentangan dengan prinsip dasar pendidikan negeri, yakni pemerataan dan keadilan sosial.

Dari data resmi Dinas Pendidikan Sulsel, diketahui boarding school di SMAN 17 Makassar hanya membuka kuota terbatas. Padahal, jumlah total peserta didik mencapai 1.112 siswa, dengan total dana BOS yang dikelola sekolah hampir Rp1,8 miliar per tahun.

“Label sekolah negeri hanya jadi kedok. Faktanya, sistemnya elit. Ini bentuk swastanisasi berkedok negeri. Sekolah negeri jadi bisnis yang dikemas rapi,” tegasnya.

Hadi menilai ada ketimpangan nyata di dalam satu lingkungan sekolah negeri. Siswa boarding mendapatkan fasilitas lebih baik, layanan pendidikan khusus, dan program pembinaan eksklusif, sedangkan siswa reguler hanya menerima pelayanan standar.

“Ini membangun kasta dalam sekolah negeri. Siswa biasa melihat teman mereka di boarding mendapatkan fasilitas berbeda. Padahal mereka sama-sama di sekolah negeri. Ini yang saya sebut diskriminasi gaya baru,” ujar Hadi.

Upaya konfirmasi ke pihak SMAN 17 Makassar juga tak membuahkan hasil. Kepala sekolah sulit ditemui, seolah-olah ada sesuatu yang sengaja ditutupi dari publik.

laporan: Tim Restorasi