Terhubung dengan kami

Uncategorized

Tragedi Sungai Walanae: Jeritan Minta Tolong yang Tak Digubris

Restorasi News| WAJO – Suara air sungai yang deras setelah hujan mengguyur seharian menjadi saksi bisu sebuah tragedi. Asri Wijaya (32), seorang pria yang tengah dalam pengejaran tim Satresnarkoba Polres Wajo, nekat melompat ke Sungai Walanae, malam itu. Teriakannya meminta tolong terdengar oleh warga yang berhamburan ke tepi sungai, tapi tak ada yang bisa menolong. Lebih ironis lagi, aparat yang mengejarnya pun hanya berdiri menyaksikan.

Dua hari setelahnya, jasad AW ditemukan mengambang di hilir Sungai Pompanua, Kabupaten Bone, menyisakan duka mendalam bagi keluarga.

Malam Penuh Kejar-kejaran

Jumat (07/03/2025) malam, Jalan Bajoe, Kelurahan Sitampae, Kecamatan Tempe, mendadak riuh. Dua orang anggota Satresnarkoba Polres Wajo tengah melakukan pengejaran terhadap beberapa orang yang diduga terlibat dalam peredaran narkoba.

Dari empat orang yang menjadi target, satu berhasil ditangkap di lokasi, sementara dua lainnya melarikan diri dengan sepeda motor. Sedangkan Asri Wijaya, yang berboncengan dengan RD, berlari menuju tepi sungai dalam upaya menyelamatkan diri.

“Warga melihat polisi mengejar Asri Wijaya hingga ke sungai. Bahkan, salah satu anggota sempat membuka celana seperti ingin turun, tapi akhirnya tidak jadi karena arus deras,” ungkap salah satu warga yang tak ingin disebut namanya.

Saat Asri Wijaya menghantam air, suara teriakannya meminta tolong jelas terdengar. Beberapa warga yang berada di sekitar lokasi berusaha mencari sumber suara, tapi gelap dan derasnya arus membuat mereka tak bisa berbuat banyak.

Hingga dini hari, tak ada upaya penyelamatan dari pihak kepolisian. Tim SAR melakukan pencarian berdasarkan laporan dari Group WhatsApp, namun tubuh AW baru ditemukan dua hari kemudian, Minggu Pagi 9 Maret 2025 dalam kondisi tak bernyawa oleh warga.

Ayah Korban: “Kenapa Tidak Ditolong?

Di rumah duka, tangis keluarga pecah. Wero ayah Asri Wijaya, masih sulit menerima kenyataan bahwa anaknya harus kehilangan nyawa dalam situasi yang penuh tanda tanya.

“Saya masih ingat, dua hari sebelum kejadian, dia masih bercanda di rumah. Tidak ada tekanan, tidak ada gelagat aneh. Lalu tiba-tiba saya dengar anak saya tenggelam,” ujarnya dengan suara bergetar kepada awak media ini dirumah duka . Minggu ( 9/3/2025) Malam .

Namun, yang paling menyakitkan baginya adalah kesaksian warga yang menyebut bahwa Asri Wijaya sempat meminta tolong, tetapi polisi yang berada di lokasi tak melakukan tindakan penyelamatan.

“Kalau memang dia bersalah, kenapa tidak ditangkap dengan baik? Kenapa dibiarkan tenggelam? Seharusnya ada tindakan penyelamatan,” ucapnya penuh kekecewaan.

Lebih membingungkan lagi, saat keluarga mendatangi RD di Polres Wajo, Sabtu 8 Maret 2025, pria yang ditangkap malam itu justru bersikeras bahwa yang melompat ke sungai bukan Asri Wijaya.

“Kalau benar dia yang loncat, saya berani sumpah, biar kepala saya pecah,” ujar RD kepada Wero

Pernyataan ini membuat keluarga semakin curiga. Apa yang sebenarnya terjadi malam itu?

Sorotan Advokat dan Desakan Investigasi

Kasus ini menarik perhatian berbagai pihak, termasuk Advokat Andi Muhammad Ikhsan Said, Certified Professional Legal Auditor (CPLA) dari Firma Hukum Ada Tongeng.

Ia menilai ada banyak keganjilan dalam penangkapan tersebut.

“Aparat itu ada di lokasi hingga korban tenggelam, tapi tidak ada upaya penyelamatan. Ini jelas pelanggaran SOP. Apalagi AW masih dalam praduga bersalah, bukan pelaku yang sudah terbukti,” tegasnya.

Lebih lanjut, Andi Ikhsan mengkritik pola operasi narkoba yang lebih banyak menangkap pelaku kecil, sementara bandar besar tetap bebas berkeliaran.

“Yang kecil-kecil ditangkap, tapi bandar besarnya tidak tersentuh. Ini pola yang harus diubah,” ujarnya.

Pukat Sulsel Minta Investigasi Mendalam

Secara terpisah, kasus ini juga menuai sorotan dari Direktur Pusat Kajian Anti Korupsi dan Transparansi (PUKAT) Sulsel, Farid Mamma, SH., MH. Ia menilai ada indikasi kelalaian dalam prosedur penangkapan yang berujung pada kematian korban.

“Harus ada evaluasi terhadap prosedur ini. Kenapa saat pengejaran korban nekat melompat? Apakah ada tekanan tertentu yang membuatnya panik? Kepolisian harus bertanggung jawab atas kematian seseorang dalam operasi ini,” tegasnya melalui pesan WhatsApp, Senin (10/03/2025).

Farid Mamma meminta Kapolda Sulsel membentuk tim investigasi untuk mengungkap kemungkinan adanya pelanggaran prosedur atau dugaan kekerasan sebelum korban melompat ke sungai.

“Kami mendesak agar dilakukan investigasi transparan. Kita tidak tahu apakah ada kekerasan yang membuat korban panik dan nekat melompat. Ini harus diusut tuntas,” tambahnya.

Polres Wajo Bungkam

Hingga berita ini diterbitkan, Polres Wajo belum memberikan pernyataan resmi terkait insiden ini. Upaya konfirmasi melalui pesan WhatsApp kepada Kasat Narkoba juga belum mendapat tanggapan.

Sementara itu, keluarga korban masih menunggu kejelasan atas kematian Asri Wijaya. Di rumah duka, Wero duduk termenung, memangku cucu kecil berusia tiga bulan yang kini harus tumbuh tanpa sosok ayah.

“Setidaknya beri kami jawaban, jangan biarkan ini berlalu begitu saja,” ujarnya lirih.

Masyarakat kini menanti langkah aparat dalam mengusut kasus ini. Apakah kematian Asri Wijaya akan terungkap, atau justru akan tenggelam bersama derasnya arus Sungai Walanae?

(Tim Redaksi)


Klik untuk komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Berita Terpopuler

error: Content is protected !!